Pengalaman Menjadi Pendiam selama 21 Tahun [Klarifikasi Tipis-Tipis]

Assalamu`alaikum wr wb.. Selamat pagi teman-teman

Apakah sobat seorang pendiam? yang sangat sedikit bicaranya? Atau sobat punya sobat yang pendiam?



Hmmm agaknya sikap ataupun sifat pendiam memang cukup membuat penasaran orang-orang. Berbagai pertanyaan muncul ketika menghadapi orang yang diam, apakah diamnya memang dia-nya pendiam, atau dia sedang diam gara-gara masalah terntentu? atau mungkin gara-gara sobat yang buat masalah dengan dia? atau memang dia tidak diperbolehkan bicara???
Pengalaman Menjadi Pendiam selama 21 Tahun [Klarifikasi Tipis-Tipis]
Duh, fotonya naik pagar. Jangan ditiru ya.. 

Memang agak sulit bagi saya untuk mendeskripsikan tentang sifat ini apalagi menjelaskan tentang orang-orang yang suka diam (pendiam). Iya, soalnya saya juga seorang pendiam, katanya. Menurut beberapa teman saya adalah seorang pendiam. Hal ini sudah sejak dulu diutarakan oleh orang di sekitar saya dalam lintas generasi pula. Tapi, apakah saya memang seorang pendiam? Padahal saya sendiri juga bingung, perasaan nggak pendiam juga, tapi orang-orang tetap memaksa dan menjudge bahwa saya pendiam.

Sepertinya saya perlu menanggapi hal ini, tentang saya yang katanya pendiam.

Saya kurang setuju sih kalau saya dibilang pendiam. Saya punya beberapa argumen tentang ini.

Diam dan Pendiam itu berbeda

Pertama, kita harus membedakan antara `pendiam` dan `diam`. Emmm gimana ya menjelaskannya. Kalau menurut saya pendiam dan diam itu beda. Pendiam merupakan orang yang memang punya sifat diam, yang memang tidak banyak bicara pada hampir diseluruh kesempatan. Sedangkan diam artinya tidak bersuara, dalam hal ini hanya pada beberapa moment saja, sengaja diam pada hal-hal tertentu. Yap, sulit membedakan keduanya.

Diam pada hal-hal tertentu yang sering saya lakukan misalnya saat seseorang bertanya kepada saya, tapi pertanyaanya itu tidak berkualitas, terlalu mendasar atau tidak pada tempatnya, bisa dibilang 'pertanyaan konyol lah'. Nah disaat itulah saya benar-benar malas bicara untuk menjawab pertanyaan. Tentu bagi yang sudah kenal saya setuju dengan hal ini, bahwa saya terkadang tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang seperti itu, tapi untuk pertanyaan yang memang urgent pasti saya jawab, in syaallah..

Namun sikap yang seperti ini agak berbahaya juga. Saya pun berusaha untuk mengurangi kebiasaan ini, pada beberapa kesempatan saya mencoba berbicara baik-baik kepada oknum tersebut untuk bertanya untuk hal-hal yang dirasa pantas untuk dijawab, dan pada momentum yang tepat (tidak saat khotbah terutama).

Saya amati beberapa orang juga mempunyai sifat yang sama seperti saya, bahkan terkadang menertawakan orang yang pertanyaannya konyol. Hanya saja yang ditakutkan adalah saat menghadapi lawan bicara yang belum bisa membedakan antara diam dan sombong. Jelas beda ya..

Diam dan Malu juga berbeda

Jika orang menilai saya sebagai seorang pendiam saya tidak setuju, tapi saya memang suka malu-malu. Entah lah, sampai saat ini saya belum terlatih untuk menempatkan sifat malu pada tempat yang seharusnya. Terutama saat harus maju dan berbicara di forum yang ada banyak orang disitu, terutama lagi ketika saya tidak mempunyai persiapan yang baik.

Saya punya clue untuk masalah ini dan berusaha menanamkan pada diri saya bahwa apapun yang akan saya hadapi harus ada persiapan yang baik. Ketika akan ujian saya perlu belajar, baca-baca, lihat video dan lain-lain. Ketika akan presentasi saya juga perlu menyiapkan semuanya dengan baik, sehingga saya tahu apa yang akan saya bahas, apa yang akan saya jelaskan.

Saya sudah mengerti bahwa saya malu karena saya takut melakukan kesalahan, karena saya benar-benar tidak mau ditertawakan apalagi didalam forum yang banyak orangnya.

Ada yang unik juga untuk menghadapi sifat malu atau minder, saat saya dihadapkan pada sebuah kompetisi atau lomba, saya yakin bahwa yang hebat belum tentu menang. Karena "pemenang bukan untuk dia yang hebat, tapi yang paling siap". Itu sih yang saya lakukan untuk mengalahkan sifat malu dan minder. 

Pendiam dan Introvert

Akhirnya saya juga mulai memahami, mungkin saya seorang introvert. Saya lebih sering mendapatkan kemampuan terbaik saya saat sendiri. Tapi jangan salah paham dulu ya, introvert tetap memperhatikan kehidupan sosial dan tidak semuanya tertutup ya. Saya menyukai suasana tenang, bahkan walaupun saya suka dengan musik, tapi tetap saja bagi saya 'musik terbaik adalah keheningan'.


Saat sedang banyak masalah dan tekanan dari sana-sini, saya suka jalan-jalan dijalanan yang sepi, sambil menikmati angin segar persawahan baik pagi maupun sore. Saya juga beberapa kali begadang untuk mencari ketenangan, ditemani kopi dan melihat bintang dimalam hari. Saat-saat seperti itulah saya bisa berfikir lebih baik dan tetap mensyukuri keadaan saya. Kadang juga disertai update status sih "Ya Ilahi wa Malikiy, Anta Ta`lam Kayfa Haliy".. Kalimat ini sangat ajaib bagi saya.

Optimis bagi saya

Kekuatan yang paling menonjol adalah saya selalu optimis setiap menghadapi tantangan dan masalah. Alhamdulillah, Allah menitipkan sifat ini kepada saya. Saya juga sering menularkan optimisme pada rekan-rekan, apalagi saat kami dalam satu tim.

Saya mempunyai sebuah tim yang hebat. Akan tetapi hampir satu tahun kebelakang, entah masalah kog tidak ada habis-habisnya, hmmm tapi memang tim saya tugasnya menghadapi malasah sih, dan itu berhubungan dengan sekitar seribuan orang yang tiap hari harus kami pastikan kebutuhan mereka terpenuhi dengan baik.

Dilain sisi, saya sebagai kordinator tim juga harus melindungi sifat kemanusiaan teman-teman. Ya namanya juga manusia, kadang ada yang mengeluh, kadang down juga. Tapi saya meyakinkan kepada mereka bahwa kita harus tetap berusaha "Yakin, tidak ada yang sia-sia". Pernyataan saya alhamdulillah atas ijin Allah SWT beberapa kali langsung terbukti walaupun hanya pada hal-hal kecil, dan kami pun saling menguatkan, tuh kan tidak ada yang sia-sia, sambil guyon satu sama lain.

Saya sekarang suka senyum sendiri kalau mengingat apa yang terjadi dan apa yang kami usahakan waktu itu dan dampaknya yang begitu besar dan terasa diwaktu sekarang. Alhamdulillah..

Saya juga berbicara lewat tulisan

Tulisan juga bisa berbicara ya..


Saya juga berbicara melalui gambar, foto, video dan lain sebagainya. Saya juga berbicara dalam diam. Saya bisa mempengaruhi sikap, pandangan, keputusan dan kebijakan orang lain dengan cara tersebut, dan itu efektif. Hehehe.. :)

Post a Comment for "Pengalaman Menjadi Pendiam selama 21 Tahun [Klarifikasi Tipis-Tipis]"