Pengalaman Pertama Kali Ikut Festival Albanjari

“Yang Muda yang berkarya”, sebuah kalimat slogan yang sudah tidak asing buat saya. Kalimat ini sering bergema di event-event anak muda penuh semangat jaman sekarang. Ya walaupun sebenarnya untuk berkarya tidak harus selalu anak muda, tapi slogan ini memang sangat berjasa untuk memotivasi para anak muda yang dasarnya belum banyak pengalaman hidup untuk belajar, berjuang, dan berkarya.

Kalimat ini juga lah yang kemudian memotivasi diri saya untuk mencoba menghasilkan karya-karya. Tidak peduli apakah nanti bisa diterima orang lain, yang penting, saya berharap agar saya menjadi lebih baik dari sebelumnya dengan cara berkarya.

Semangat ini dimulai saat saya masih sekolah di sekolah menengah pertama, tepatnya di madrasah tsanawiyah. Dulu, di sekolah ada ekstra kurikuler drum band, dan itu adalah wadah yang cukup potensial.

Mengikuti kegiatan drum band telah berjasa bagi saya untuk semakin menguatkan rasa percaya diri. Bagaimana tidak, ketika tampil selalu banyak orang yang nonton dan itu bermanfaat untuk membentuk mental remaja polos seperti saya.

Bagi saya drum band ssudah sangat keren, tapi ternyata masih ada yang lebih keren, yakni Albanjari. Kesenian ini asih satu rumpun dengan drum band karena sama-sama dibidang music, hanya saja tidak serumit drum band. Hal yang membuat saya tertarik pada Albanjari pertama-tama karena kalo pas lihat aksi teman-teman, sepertinya seru gitu.

Mulai dari para penabuh hadrahnya yang menurut saya sangat atraktif. Kalo di seni Albanjari ini, penabuhnya ada lima, yaitu penabuh rumus satu (bisa disebut juga lanangan), penabuh rumus dua (wedok`an), golong satu, golong dua, dan bas. Lalu vokal dan backing vokal yang juga harus pandai memadu padankan suara.

Dari itu saya mulai tertarik dengan yang namanya kesenian albanjari. Dan yang membuat makin semangat, karena yang dibawakan ialah syair-syair arab (qosidah) dan sholawat. Kita bisa bermusik sekaligus bersholawat.

Saya mulai ikut ekstra albanjari sewaktu sekolah di aliyah. Awalnya teman yang ikut cukup banyak, namun setelah berjalanya waktu satu-persatu pun keluar, hehehe termasuk saya. Bukan karena sudah nggak tertarik, tapi waktu itu ada kebijakan dari Bapak kepala sekolah yang melarang kegiatan ekstra yang masih belum ada guru pendampingnya, ciee perhatian ya pak kepsek.nya. tapi pada akhirnya kegiatan albanjari tidak bangun lagi. Wkwkwkw..

Selang beberapa bulan kemudian ada ajang festival albanjari di desa tempat sekolah kami berada. Nah, dipihak sekolahan menginginkan agar grup albanjari ikut serta. Lha, pada waktu itu memang disekolahku banyak master-master albanjari, walaupun nggak ada kegiatan ekstra albanjari. Mereka memang sudah mahir, dan dibesarkan dilingkungan pegiat albanjari.

Kalo ceritanya seperti ini, saya pastinya nggak masuk grup yang dikirim. Tapi, Allah berkehendak lain bray. Ternyata mereka sudah dikontrak grupnya masing-masing dikampungnya. alhasil, pemain lapis ke-seribu pun turun gunung, wkwkwkw. Saya dan teman-teman yang nggak jago pun disuruh untuk mewakili sekolahan. Tentu saya tidak menolak. Kami pun latihan.

Festival sudah dimulai, waktu itu kami dapat nomor urutan tampil ke 25. Setelah bersiap dan semua sudah berkumpul di basecamp, kami pun berangkat bersama-sama.

Kami datang tepat waktu, yap tepat waktu pas yang tampil grup nomor 24. Tak lama, nama sekolah kami dipanggil. Waduuuh, belum istirahat sama sekali ini. Yaudah, langsung naik panggung aja, pasrah.

Alhamdulillah, walaupun penampilan kami nggak bagus, tapi yang penting nggak malu-maluin. :D

Post a Comment for "Pengalaman Pertama Kali Ikut Festival Albanjari"